ARTI SEBUAH NAMA
Umumnya satri ponpes sekarang adalah anak2 dari orang tua santri yang memimpikan anak2nya soleh dan solehah di masa datang. Salah satunya ditandai oleh nama2 mereka. Namanya biasanya: berbahasa arab, bernuansa makna harapan kesalehan, bahkan harapan menjadi mujahid.. Nama adalah doa dan harapan. Meskipun demikian, Nabi hanya berpesan sederhana: Nama terbaik adalah Abdullah dan Abdurrahman..
Mungkin orang tua sekarang menafsirkan dan menguraikannya mnjadi lebih jelas dan lebih fokus, maka ada anak bernama: Mutsayahida.. Kedengaran manis, meski artinya: Matilah sebagai syahid. Kebayang kan bagaimana semangat orang tuanya?
Namun saya tiba2 tercenung ketika mengajar khat/kaligrafi di kelas, siswa tiba2 minta dituliskan nama mereka dg tulisan indah di sampul buku mereka. Ok, gak masalah. Hanya saja, kadang saya menjumpai rangkaian kata2 yg nggak konek dlm struktur bahasa Arab, meski jelas itu katimat Arab. Sekali lagi, saya hanya menangkap maksud ortu yg semangat menjadikannya anak soleh, namun tanpa dibarengi ilmu bagaimana menuangkannya dlm nama anak secara benar..
Dalam tradisi baru orang2 tua, biasanya nama anak pakai bhs Arabpun selalu mencari kata yg tak terkesan pure Arabic. Ya, ada aroma2 Indonesianya gitu lah, apalagi agak kebarat2an.. Saya pernah diminta nama anak dan saya kasi nama: Azzam Livouz, agak ke eropa2an gitulah. Ponakan minta dinamai, saya kasi: Arina Izzataki, agak ke Jepang2an gitu lah.. Maka bbrp kali saya diminta nama tapi gak dipakai, krn terdengar kurang keren. Ortunya memilih yg lebih keren meskipun arti dan susunan kebahasannya salah.. Yo terserah, wong anak2nya sendiri..
Contoh ekstrem dan banyak dijumpai adalah: Anak perempuan namanya Aulia. Tentu ini kata Arab. Aslinya auliyaa' jamak dari kata waliy. Maka artinya: para wali. Jadi, ada dua kesalahan jika disematkan kpd anak perempuan. Itu nama lelaki dan juga berbentuk jamak, bukan tunggal. Seperti juga nama Mutsyahida buat perempuan, jelas keliru krn mestinya: Muti Syahidah. Emang ortunya pengin putrinya jadi ikhwan? Hehe, enggak kan?
Kalau boleh berpesan, dengan semangat menjadikan seorang anak soleh dan solehah, dalam memberi nama tetaplah menggunakan kaidah kebahasaan yg benar. Agar jangan sampai ketika ia menjadi orang berilmu dikemudian hari, ia merasa aneh karena nama identitas dirinya nggak memenuhi kaidah keilmuan..
Kecuali Anda mau dirasanin anak: maklum, ortu saya orang awam, nggak paham..
Oleh : Ustd. Wahid Ahmadi
info yang bagus
ReplyDelete